Mempersiapkan anak jika ibu kembali bekerja

Dulu sebelum saya menikah dengan pak suami, saya sudah mengajukan proposal tentang hak istri *eh*.
Dimana ketika sudah menikah dan memiliki anak, saya meminta ijin untuk tetap diperbolehkan kembali berkegiatan (baca: bekerja & memiliki pengahasilan sendiri).

Walaupun di awal iya tapi ketika kenyataannya masih perlu argumentasi cerdas untuk dapet ijin.  Akhirnya saya sekarang kembali back on track.

Rempong gak si?
Kalau kembali bekerjanya sih engga ya. Krn sy masih berjalan di jalur yang sama yaitu Dosen.

Yg agak ribet adalah mempersiapkan CK untuk menghadapi dan menerima ibunya bekerja kembali serta membuktikan diri kepada suami tercinta bahwa ketika saya bekerja anak ga akan terlantar.

Preparationnya apa aja sih?

Ga kaya bandung bondowoso yg membangun prambanan dalam waktu semalam. Saya prepare mental CK sudah sejak lama secara bertahap.
Dimulai dari usia dia 6 bulan.

Begitu menginjak 6 bulan, selesai masa asi ekslusifnya, CK udah sy ajak masuk studio lagi. Kalau dulu di perut sekarang di luar perut hahah

Kebetulan waktu itu diajak join dengan salah 1 mini orchestra solo untuk main bareng.
Setelah itu saya mulai menerima murid les musik kembali. Sampai usia nya 1 tahun, saya menambah keahlian menjadi konselor menyusui. Nah lo udah main orchestra, tambah jadi KL, plus ngajar musik.
Ga setiap hari harus keluar rumah sih. Tapi dalam 1 minggu adalah saya keluar untuk bekerja.
Selanjunya saya menambah skill lagi belajar merajut dan bisnis merajut. Makin banyak kegiatannya. Berhubung CK udah enak diajak pergi, ada waktu dimana dia saya ajak bekerja keluar rumah.
Ketika usianya 2 tahun, resmilah saya berani untuk kembali lagi nge dosen di salah 1 perguruan tinggi negeri di solo.

Keluar rumahnya lebih lama. Dan CK krn udah biasa emaknya kerja, dia sih santai aja selama banyak makanan dan ada yang nungguin dirumah (Kakung solo,uti solo dan ART).
Yang agak ribet sampai sekarang adalah kalau dia mau tidur. Karena perlu nenen dan ngelus2 saya *iya CK kl mau tidur ngelus2 saya bukan sy yg  mengelus2 dia. Kl sy yg ngelus dia malah ga tidur2 *sigh**

Alhasil kalau siang kadang saya pulang, ngelonin CK supaya bisa boci *bobo ciang*. Kalau bener2 ga bisa pulang, terpaksanya ditunggu sampai bener2 ngantuk lalu CK akan merem sendiri (sekarang keliling2 kompleks perumahan atau digendong jarik udah ga mempan buat dia supaya mau tidur).

Well intinya ketika memang sudah niat akan kembali berkegiatan lagi, mulailah melatih anak secara bertahap mom.
Jangan tiba2 langsung ditinggal keeja gitu aja.

Dan 1 hal lagi, walaupun dirumah saya ada eyang dan ART. Urusan mandiin dan sarapan tetap saya yang melakukan sebelum berangkat kerja. Sepulang kerja, mandi sore dan makan malam pun saya juga yang in charge. Termasuk menyiapkan mainan edukasi/sensory playnya.
Kapanpun pun ada waktu dengan anak untuk bersenda gurau atau mengurusi kegiatannya , lakukanlah mom. Jangan sampai kita kehilangan waktu dengan si kecil.

Bekerja boleh *bahkan harus sih buat saya* tapi jangan sampai kita kehilangan waktu dengan anak.
Tetap letakkanlah tanggung jawab anda sebagai seorang ibu di urutan pertama sebelum urusan kerjaan.

Special Skill

Sekolah itu penting. Tapi dalam perkembangan anak, ada hal lain yang sama pentingnya.

Memiliki kemampuan khusus yang membuat anak menjadi lebih percaya diri, dan bisa bertahan hidup dimanapun.

Believe me, ketika kita mempunyai suatu keahlian khusus entah memasak, bermain musik ataupun olahraga, dimanapun kita berpijak kita bisa hidup dengan keahlian kita. Gak perlu tergantung dengan perusahaan orang lain. Bahkan menjadi seorang entepreneurpun bukan hal yang mustahil untuk seseorang yang memiliki keahlian khusus.

Sebagai seorang pendidik, hasil pengamatan saya selama saya mengajar, kelemahan kebanyakan  orang tua adalah keterbatasan pengetahuan mengenai “skill”.
Sehingga terjebak dengan mindset yang itu-itu saja.

Did you know….yang namanya bakat itu ada bermacam-macam?
Tidak hanya seni musik,
Tapi juga berkomunikasi, memasak, olahraga, menghitung, membaca puisi, dll.
Jadi gak perlulah berbondong-bondong memaksa anak yang memang tidak menyukai seni musik, untuk les piano.
Kalau pada dasarnya anaknya ga suka piano, percuma aja pak bu dileskan.

Yang betul adalah, mengarahkan anak mencoba semua hal positif untuk membantu menemukan bakat mereka sebagai “skill” masa depan mereka.

Memang proses menemukan bakat ini tidak mudah, tantangannnya banyak
Mulak dari kesabaran, uang/biaya, keahlian orang tua, dll.
Tapi alangkah baiknya jangan sampai salah langkah,

– anak les menari, sementara orang tuanya sama sekali tidak tertarik dengan prosesnya. Hasilnya si anak akan belajat di tempat les, tapi tidak belajar dirumah karena tidak ada yang mendukung.

– orang tua memiliki mindset yang terbatas, ibu pintar memasak bahkan membuka usaha katering. Mengeluh Anak tidak memiliki skill khusus karena orang tua merasa tidak mampu membiayai anaknya kursus (musik, balet dll) , sekolah aja susah. 
Keliru besar, yang namanya membekali anak dengan skill, pada awalnya tidak perlu biaya besar pak bu… mulailah dengan apa yang kita bisa sebagai orang tua.
Ibu memasak, ajarilah anak anda memasak , siapa tahu nanti dia jadi chef hebat.
Ayah pandai menggambar, ajarilah anak anda teknik dasar menggambar, siapa tahu nanti dia menjadi pelukis terkenal.
Kakek pintar science, ajarilah anak ilmu  science sederhana, siapa tahu nanti mereka menjadi ilmuwan besar.
Nenek hobi berkebun, ajaklah anak berkebun dan mengenal berbagai macam jenis tumbuhan, siapa tau mereka nanti menjadi pengusaha agro.

See…dunia tidak selebar daun kelor, bakat dan minat itu ada banyak sekali, tidak melulu kesenian dan tidak melulu beladiri, juga tidak harus pintar science. Arahkan anak kemana dia suka dimulai dari apa yang kita bisa sebagai orang tua.

Sebuah tantangan besar buat saya selaku orang tua, membekali bocah (CK) dengan berbagai macam skill dan mengarahkan sedinu mungkin. Dan belajar untuk berlapang dada jika seandainya nanti dia lebih suka gitar daripada biola atau dia lebih suka olahraga daripada main piano.

She have her own path dan tugas saya sebagai orang tuanya adalah memfasilitasinya semaksimal mungkin supaya dia bisa mencapai kesuksesannya kelak.

Mengajari anak disiplin dan berEtika

Pe er besar buat orang tua adalah mengajari anak berperilaku baik dan membekalinya dengan kemampuan khusus untuk bertahan hidup.

Kalau cuma sekedar memberi makan, menyekolahkan, memberikan mainan itu mudah.

Tantangan utama yang saya hadapi saat ini, adalah memberikan PAUD (pendidikan anak usia dini) dalam hal disiplin dan beretika.

Hal yang paling kecil saja, kebiasaan merapikan mainan setelah dipakai bermain.

Mengucapkan terima kasih, maaf dan tolong.

Berbagi mainan dengan teman, alias gak pelit tapi sekaligus bisa bertindak tegas jika ada yang berbuat tidak baik pada diri anak kita.

Sebuah hal sederhana yang kadang banyak orang tua lupa dan keasyikan dengan hal lainnya.

Beberapa hal diatas sudah mulai saya terapkan pada CK. Walaupun kadang masih lupa dan kadang ingat kadang engga. Tapi setidaknya ada sebuah informasi yang masuk ke long term memorynya.

Ya, saya sering koq membuatkan CK mainan edukasi (beras, pasta, flanel dll dkk untuk stimulasi motoriknya) tapi buat saya hal yang paling penting dalam PAUD adalah kebiasaan hidup teratur dan etika bersosialisasi.

image

*foto : CK merapikan mainannya sendiri setelah bermain.

Year End holliday 2014

Apa sih arti liburan buat readers?

Liburan = pergi jalan2 on vacation.
Liburan = bisa tidur dirumah istirahat ga terganggu dengan pekerjaan.
Atau….???

Macam-macam arti liburan buat kita , tergantung kondisi, psikologis dan sifat.
Pada dasarnya liburan adalah suasana dimana kita bisa santai menikmati hidup tanpa terbebani apapun.
Jadi kalau lo jalan-jalan ke Bali tapi masih mikir utang segunung, artinya lo ga liburan coy 😄😂😨

Buat kami *saya&hubby*, liburan adalah waktu dimana kami bertiga *suami istri anak*, bisa menikmati quality time bertiga aja, main sama CK, ngobrol ngalur ngidul dari hati ke hati , santai tanpa gangguan, pokoknya cuma kita bertiga yang punya quality time.

Gak harus pergi ke suatu tempat sih sebetulnya. Dirumah aja juga bisa yang penting kan quality timenya. Toh percuma aja kalau pergi liburan ke suatu tempat tapi pada sibuk main gadget sendiri2. *ooopss 😨*.

Nah liburan akhir tahun 2014 ini adalah liburan pertama kami as a real family. Di tahun 2012-2013 adaaa ada hambatannya deh. 2 tahun pertama pernikahan kami sedang diuji hidup dalam mahligai perkawinan tapi sekarang kami lebih solid dan siap mematangkan diri membina rumah tangga dan jadi orang tua.

Kemana?
Dirumah main sama kina, makan sepuasnya , ngerayain natal bareng keluarga besar. Trus abis natal, ngajakin CK ke jogja, menyusuri kota kenangan kami waktu pacaran dulu (saya&hubby kuliah S2 bareng di jogja), lalu mengenalkan CK pada binatang hidup alias main ke kebun binatang gembira loka.

Lalu masih edisi binatang karena CK lagi senang-senangnya melihat binatang, mainan dirumah aja sampe komplit dari anjing sampe beruang ada. Kami ajak CK dan sepupu-sepupu hubby&saya yang masih kecil-kecil (om&tante kecilnya CK) ke sekaten. Lihat lumba-lumba show.

Koq ga pergi keluar kota yang jauh-jauh gt…(bali, sing, thai..)

Belum ah. Pergi keluar kota bawa anak kecil dibawah 3 tahun itu ribet. Kecuali kalau emang emaknya cuek bebek ga peduli mau anaknya nanti sakit/makanannya ga sehat yang penting emak happy mungkin ga akan mikir ribet ya. Tapi kalau saya, big no no deh keluar kota jauh-jauh tanpa perencanaan. Lagipula ini bulan desember cuyyy, bulan dengan cuaca yang tidak menentu alias banyakan cuaca buruknya daripada baik. Jangankan naik pesawat, naik mobil aja kalau hujan deres juga ga bakal nyaman dan bahaya.

Well, happy year end 2014 holliday readers. Hati-hati kalau bepergian apalagi jika anda punya anak kecil.

A mom, a teacher , a Counsellor and an enterpreneur

Menjelang akhir tahun, hidup saya mulai hectic dengan peran sebagai seorang ibu dan counsellor. Tepatnya setelah saya resmi menyandang profesi Konselor Laktasi.

Makin banyak kegiatan konseling, dan resmilah juga saya bergabung di AIMI solo sebagai konselor dan pengurus. Makin banyak kegiatan keluar rumah dong ya.
Mulai dari menghadiri pertemuan dengan dinkes sampai konseling dan nyiapin event AIMI solo.

Belum lagi diluar AIMI pun saya juga aktif sounding ASI di posyandu maupun kantor/gereja. Makin galaulah sering ninggal anak wedok.
Kalau saya konseling anak wedok ga bisa dikewer2 kan. Harus stay at home sama uti kakung solo nya ,karena uti kakung solo punya ART. Haha

Apa kabar anak wedok alias CK?
sudah 1,5tahun, bisa banget diajak komunikasi , perbendaharaan katanya juga banyak banget walaupun ga cerewet, makin ga bisa dipegang kalau lari2an, pokoknya makin pinter deh. Puji Tuhan CK bertumbuh dengan sehat dan baik.

Satu hal yang selalu saya ingat saat ini, sesibuk apapun saya sebagai guru, konselor dan pebisnis , saya harus tetap ingat bahwa saya adalah seorang istri dan ibu. Jadi suami dan anak adalah prioritas utama sampai kapanpun.
Dengan konsekuensi, saya harus bisa membagi waktu dan pekerjaan dengan baik.