Proses melahirkan Kirana – having a birth

Yup , setelah mengalami 24 jam kontraksi yang berpacu dengan air ketuban pecah akhirnya proses melahirkan spontan saya berakhir di meja operasi alias caesar.

Saya ga mau bilang kalau proses melahirkan caesar adalah proses yang ga normal. Saya melahirkan secara normal di meja operasi, kalau yang abnormal mungkin lahirannya di kendaraan atau lewat mulut *amit2* atau dengan cara lain yang ga normal lainny.

Kejadian operasi ini menghantam semua idealisme saya tentang melahirkan dengan cara alami spontan (vaginal birth) dan melakukan IMD (inisiasi menyusui dini).

Sedikit sedih memang, tapi kalau takdir Tuhan sudah berkehendak begitu mau bilang apalagi?

Begini ceritanya:

Berawal di pukul 23.00 di hari sabtu malam masih dirumah mau tidur,perut saya mulas kontraksi,ketika berdiri turun dari tempat tidur ketuban yang melindungi Kirana pecah dini (KPD). Bukan hanya merembes, tapi tumpah ruah seperti membuang air dari gelas, tanpa bisa dikontrol kecuali seperti nahan pipis. Kalau saya lepas,pasti tumpah. Diiringi dengan flek darah.

Berangkatlah kami ke rumah sakit, sampai di rumah sakit saya langsung diobservasi oleh bidan yang tugas jaga malam di ruang maternal. Ketuban saya jernih, which is mean jangan terlalu khawatir dan BELUM pembukaan. Hiks

Tapi saya ga boleh pulang karena banyaknya air ketuban yang keluar dan tetap harus langsung rawat inap ,untuk memantau janin yang hampir tidak terlindungi lagi dan janin harus segera dikeluarkan sebelum air ketuban tidak jernih lagi.

Setelah bidan menelpon dokter kandungan saya. Maka dilaksanakanlah instruksi sebagai berikut:

1. Saya tidak boleh pulang&harus check in karena ketuban sudah pecah banyak sekali dan kontraksi alami mules-mules saya sudah dimulai.
2. Beri kami (saya&baby di perut) suntikan antibiotik
3. Pasang alat perantara suntik di tangan.
4. Cek golongan darah u/ persediaan darah pada saat melahirkan.
5. Dandani saya ala pasien rumah sakit Plus *maaf* pembalut karena Ketuban pecah.
6. Pantau detak jantung baby / CTG
7. Lalu bawa kami ke ruang rawat inap tunggu kemajuan pembukaan rahim sampai jam 7 pagi harapannya karena sudah kontraksi alami , besok pagi sudah bukaan *baru kali ini duduk di kursi roda ga boleh jalan bok*

Selama hampir 6 jam saya mules-mules kontraksi alami diselingi ketuban yang terus menerus keluar deras tiap kali bergerak&ga bisa tidur nyenyak sampai jam 7 pagi di ruang rawat inap, hasilnya NIHIL.

Rahim saya belum mengalami pembukaan walaupun sudah kontraksi&kepala bayi belum masuk panggul sepenuhnya *baru diujing panggul kata dokter*

Ditambah karena ketuban sudah pecah heboh, saya tidak boleh melakukan aktivitas jalan-jalan untuk merangsang pembukaan jalan lahir. *hiks*

Jadilah bidan kembali menelpon dokter Erwin, lalu diputuskan saya akan diInduksi/dipacu. Karena optimis panggul saya cukup&bisa melahirkan spontan ideal segera setelah dipacu.

Waktu itu saya ga tau kalau yang namanya diinduksi/dipacu itu sakitnya bakal berkali-kali lipat daripada kontraksi alami *pantes setiap kali saudara/teman menengok & saya bilang saya dipacu lalu mereka mengernyit kesakitan*.

Setelah hubby&saya menandatangani Keputusan dipacu, akhirnya saya diberikan infus vitamin terlebih dahulu *baru kali ini seumur hidup diInfus*.

Sekitaran Jam 11 siang ketika infus vitamin saya habis, mulailah proses induksi.
Detak Jantung bayi saya dipantau terlebih dahulu lalu saya diberi perangsang BAB yg dimasukan via *maaf* anus karena belum BAB hari itu dan langsung deh poop dulu , lalu dipasangi kantung/ampul infus cairan induksi yang pertama. Mulailah proses induksi saya…

Sodara-sodara…Kontraksi buatan LEBIH SAKIT daripada kontraksi alami! Itu yang saya rasakan.

Segera setelah kantong infus induksi yang pertama dipasang, saya merasakan kontraksi buatan setiap 3 menit. Dan setiap 4 jam, pembukaan jalan lahir saya diperiksa oleh suster. Detak jantung baby boo juga terus dipantau oleh suster. Serta warna ketuban juga terus diperhatikan.

6 jam pertama induksi, saya masih sanggup makan, ke toilet, minum sambil menahan sakit kontraksi buatan akibat proses induksi. Setelah kantong pertama habis sekitar 6 jam, diperiksa lagi, detak jantung baby boo masih kuat (150an), ketuban saya masih jernih, dan pembukaan jalan lahir saya yang mengenaskan…:(

Sakit kontraksi alami plus induksi selama belasan jam disertai ketuban pecah dini, baru saja menghasilkan 1 bukaan dan kepala bayi masih di posisi yang sama *huwaaa bandelnya rahim saya*

Lalu kepala bayi sudah lebih turun sedikit, belum full panggul *oh bAby boo, kamu ngapain sih di dalam? Main petAk umpet dulu y? Koq turun panggulnya lama :(*

LANJUTlah proses induksi saya ke kantung yang kedua. Disini saya benar-benar sampai pada titik kesakitan yang amat sangat (sampai gemetaran seluruh badan&susah nafas). Dan ironisnya sakitnya sudah kaya bukaan di atAs 5, tapi setelah dipantau lAgi teng teng teng…. Hasilnya sangat mengenaskan, dari jam 11 siang sampai 7.30malam saya dipacu dan menghabiskan sekitar 1 kantong induksi pertama dan 1/4 kantong induksi kedua, plus rasa sakit yang menghebat akibat kontraksi buatan yang ternyata kantung kedua dosisnya lebih tinggi dari kantung pertama, hasilnya masih mirip dengan kantung pertama cuma pembukaan saya nambah.

Nambah berapa? Nambah 1 tok, Alias pembukaan DUA(2) dari 10 bukaan total yang diharapkan :((

And the fact is …pada umumnya fase kala I persalinan (bukaan 1-4) itu 8 jam.

What da …. Mules&kontraksi alami udah 12 jam, induksi 9 jam, sakitnya uda setengah hidup, pengen ngejan ga boleh ngejan ama suster 😦 rasanya dah tinggal brojol saja belum juga bukaan full. Mana air ketuban ngocor terus 😦 *habis gak ya ketubanny? My baby gmn? *
Dan baby boo masih bouncing di dalam kepala belum full turun panggul juga.

Akhirnya saat-saat sinetron menegangkan pun tiba…hubby uda panik, mama ga tega liat saya kesakitan setengah mati *dulu mama alias eyang uti solo, ngelahirin saya secara normal aja ga sampe kaya gini sakit&lamanya*

Saya realistis aja disela-sela kesakitan yang amat sangat , kondisi saya :
1. Ketuban pecah dini — kalau terlalu lama, akan hijau dan dapat meracuni bayi jika tidak segera lahir.
2. Pembukaan mulut rahim yang lambat
3. Kepala bayi belum turun penuh masuk panggul — padahal masuknya kepala bayi ke panggul akan membantu pembukaan rahim
4. Proses Induksi gagal karena pembukaan tidak sebanyak yang diharapkan. 1 kantong-6jam, baru 1 bukaan. Padahal pasien ibu2 kamar sebelah, 10 jam 10 pembukaan. *iri deh*

5. Mo dilanjutkan kaya apa juga, ketuban saya udah pecah duluan dan ini hampir 24 jam, masa mau nunggu sampe ketuban saya berwarna hijau?!! Tambah kasian dong ya si baby boo kalau air ketubannya kotor.

6. Terus melihat history pembukaan saya yang luama buanget walaupun udah digempur dosis induksi, pesimis deh bakal bukaan cepat dan saya benar-benar kelelahan dipacu.

Berpacu dengan waktu&ibu. Jangan sampai berpacu dengan bayi, mumpung baby boo masih stabil keadaannya lebih baik segera dilahirkan.

Jadilah di tengah hujan deras dan angin kencang kota solo, saya, hubby & mama memutuskan dengan pro kontra bahwa baby boo akan dilahirkan secara emergency caesar malam itu juga.

Setelah menelpon dokter kembali, sekitar pukul 8 malam. Operasi akan dilakukan pukul 22.00.

Kantong induksi Dilepas dan diganti oleh kantong vitamin selama 30menit. Sisanya saya puasa plus pasang kateter *bagian kateter ini menyebalkan*

Tapi walaupun kantung induksi sudah dilepas, tetap saja yang ada saya kesakitan kontraksi luar biasa karena sisa cairan induksi masih mengalir di alat infus dan tubuh saya.

Alhasil sampai operasi dilakukan, saya sempat *maaf* muntah hebat 1 kali karena tidak kuat menahan sakit dan masih kesakitan sampai jam 23.00 menunggu dokter erwin datang hampir tengah malam di ruang operasi.

Masuk ruang operasi, tanpa boleh ditunggui hubby. *mereka sibuk menata kamar&menunggu diluar*. Yeah, miris memang jika melakukan emergency caesar seperti ini, saya tidak bisa menemukan suami saya dimanapun karena memang ga boleh masuk ruang operasi. Mimpi melahirkan didampingi suami di dekat sayapun harus saya tunda dahulu.

Operasi dikerjakan oleh 3 dokter, dokter kandungan, dokter anestesi, dan dokter anak. Dan para suster&perawat yang entah saya lupa berapa jumlahnya *lebih dari 3 orang*

Saya dibius lokal, sehingga masih sadar dan terasa sekali ketika perut saya mulai ditarik-tarik untuk mengeluarkan baby boo.

Tak lama kemudian, saya mendengar suara sedotan *entah sedot apa*, lalu tiba-tiba saja baby boo sudah menangis kencang dan ditunjukkan ke saya sebentar lalu dibersihkan untuk dibawa ke kamar bayi.

Karena kondisi ruang operasi yang dingin & saya+baby boo terlalu lelah karena sebelumnya mengalami pengalaman panjang&melelahkan dengan induksi serta baby boo Kina yang harus segera diobservasi karena ketuban pecah dini. Gagalah cita-cita saya melakukan IMD. *sediiihhhh*

Karena Hubby&mama ga boleh masuk ke ruang operasi, jadi mereka menunggui di luar ruang operasi dan mengikuti baby boo dibawa ke kamar bayi. Tak lupa hubby berpesan pada suster, walaupun ga bisa IMD, tapi Kirana tetap ASI exclusive.

Yep, baby boo alias Kirana, putri cantik pertama kami lahir di tengah malam diiringi dengan hujan deras dan angin kencang setelah sebelumnya mengalami saat-saat dramatis betapa saya berusaha setengah mati setengah hidup untuk bisa lahir secara vaginal spontan.

Kesimpulan yang saya dapat dari pengalaman saya melahirkan yang pertama kali ini adalah :

Saya mengalami sakit bertumpuk-tumpuk. Sakit proses kontraksi alami, sakit kontraksi buatan (dipacu/induksi) dan sakit setelah melahirkan secara caesar.

Dan walaupun saya melahirkan secara caesar pada akhirnya, tapi saya tetap semangat karena sebelumnya saya sudah berusaha untuk melahirkan secara spontan vaginal. Tapi ternyata jalannya bayi untuk lahir itu ceritanya berbeda-beda dan putri kami Kirana punya cerita sendiri tentang kelahirannya.

Malam hari setelah caesar, keesokan paginya hari pertama saya sudah belajar duduk dan early latch on bersama Kina (kirana) biar dapat kolostrum dulu…walaupun masih terasa sakit sekali untuk duduk dan ASI saya belum keluar tapi melihat Kina membawa semangat saya melambung tinggi untuk dapat segera pulih.

Dan menyusui sambil tidur itu adalah favorite saya&kina, karena setelah pulang kerumah pun kami sering tertidur berdua ketika proses susu menyusui.

Alhasil hari kedua saya sudah duduk, berdiri dan makan sendiri,

hari ketiga saya sudah jalan-jalan kursus perawatan payudara dan mengganti tali pusat bayi di ruang bersalin. Sambil di sela-sela latihan pemulihan, saya tetap latch on bersama Kina sampai dia menyusui dengan benar dan ASI saya keluar di hari ketiga. *Haleluya!*

Hari keempat siangnya saya sudah boleh pulang, mandi besar *sebelumnya diwaslap tok* dan Dengan menggendong Baby Kina masuk kerumah.

Saat hari Ketujuh Kina lahir, saya sudah beraktivitas normal seperti menerima tamu, menggendong Kina, begadang menyusui Kina dll.

Kina jadi semangat saya untuk bisa pulih sama seperti jika melahirkan spontan lewat vagina.

Dan satu hal yang pasti, spontan vaginal maupun caesar semua Ibu merasakan sakit yang sama & memberikan cinta kasih sayang yang sangat besar untuk bayinya.

Apalagi saya yang mengalami proses kelahiran spontan terlebih dahulu kemudian dipacu/induksi lalu akhirnya caesar.

Terima Kasih Tuhan, Kau berikan Kirana dalam hidupku. Aku mencintainya dengan segenap nyawaku dan akan kujaga dia dengan seluruh jiwa&kekuatanku.

Berkati kami Tuhan 🙂

PS: siapa bilang melahirkan caesar itu gampang,Ga sakit, tinggal angkat bayi dll sgala macam pendapat. Tambahan info soal caesar disini

20130901-101419 PM.jpg

2 thoughts on “Proses melahirkan Kirana – having a birth

  1. Pingback: Dont Judge Caesar Mommy, they’ve been through in pain too | Delightful Dessy

  2. Pingback: Operasi Caesar | Delightful Dessy

Leave a comment